Senin, 30 Mei 2011

Sejarah Alawiyin Pidie

Oleh : Sayed Mahmud Al Mahdaly
Amma ba’du…!!

Syukur Alhamdulillah, kita panjatkan kehadhirat Allah SWT, Karena telah diberikan kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyusun risalah singkat dan sederhana ini.

Allah telah menciptakan manusia ini berpuak-puak, bersuku-suku, dan berbangsa-bangsa, untuk saling mengenal sesamanya.

Diantara bangsa-bangsa yang Allah ciptakan,tersebutlah suatu bangsa ditanah arab yaitu bangsa Quraisy, artinya “Bangsa Mulia”. Dari bangsa quraisy ini ada yang kafir ada yang islam.

Hanya keturunan Muhammadlah yang Islam. Muhammad telah lahir pada malam senin tanggal 12 rabiul awal, tahun gajah (571 M). Muhammad lahir dari pernikahan Abdullah dan Aminah ( keduanya keturunan Quraisy ). Sejak kecil Muhammad menjadi yatim piatu dan ketika beranjak dewasa beliau ikut berniaga ke negeri syam bersama kakeknya Abdul Muthalleb. Kemudian Muhammad diangkat menjadi rasul, sebagai penutup segala nabi. Beliaulah khataman nabi, yaitu sayyidil awwalin wal akhirizzaman..

Nabi Muhammad meninggalkan dua pusaka agung untuk ummatnya,yaitu Al-quran dan Al-hadits (pedoman hidup ummat islam).Nabi Muhammad meninggalkan seorang putri yang bernama sayyidatina Fathimah Az-zahra,yang kemudian dinikahkan dengan Sayyidina Ali ra, yang melahirkan dua kebajikan “Hasan dan Husein”. Dari cucu Rasulullah “Hasan dan Husein” inilah berkembang nasab-nasab mulia.

Husein menurunkan keturunannya: Sayyidina Zainal Abidin, Anaknya: Sayyidina Muhammad Baqir, Anaknya: Sayyidina Ja’far As-siddiq.

Dari keturunan Sayyidina Ja’far As-siddiq inilah berkembang beribu-ribu keturunan di seluruh dunia islam, dan merekalah yang meneruskan perjuangan rasulullah sampai sekarang.

Dari keturunan tersebut diatas terciptalah beratus-ratus marga yang tersebar di seluruh Negara-negara islam di dunia.

Dalam risalah yang singkat dan sederhana ini, penulis Ingin menguraikan secara singkat tentang silsilah seseorang yang bernama “Sayyid ‘Athaillah”, yang menurut cerita berasal dari garis keturunan nasab mulia.Sayyid ‘Athaillah lahir dan wafat di tanah Arab,beliau mempunyai seorang putra bernama Sayyid Abdul karim, juga lahir dan wafat di tanah arab. Sayyid Abdul Karim mempunyai seorang putra yang bernama Sayyid Muhammad, beliau menetap di Madinah Al-munawwarah.

Pada tahun 711 H, Sayyid Muhammad hijrah ke Atjeh bersama 3 orang lain yang senasab. Salah seorang di antara mereka kembali ke tanah arab ( Hadhral maut ). Satu orang di angkat menjadi raja di kerajaan pasai, satu orang lagi hijrah ketanah jawa dan juga menjadi raja turun temurun sampai ke kerajaan demak ( Raden fatah ). Dari keturunan raja demak tersebutlah Sayyid ‘Athaf, dari keturunan Sayyid ‘Athaf berkembang sampai ke ujung Sumatra

( Tanah Atjeh bagian barat,tepatnya di meulaboh, daerah Peuluekueng, yang sekarang lebih dikenal dengan “Keluarga Abu Peuluekueng”.

Urutan silsilah Sayyid ‘Athaf, Anaknya:

- Habib Abdul Qadir Rama’any, Anaknya:

- Habib Abdurrahim Quthubul Wujud, Anaknya:

- Habib Muhammad Yasin, Anaknya:

- Habib Mahyiddin/Habib Muda (Quthub Nisbah), Anaknya:

1. Abu Habib Quraisy

2. Abu Habib Qudrat

3. Habib Puteh

Demikianlah uraian tentang 3 orang yang senasab dengan Sayyid Muhammad.



URAIAN CERITA TENTANG SAYYID MUHAMMAD BIN SAYYID ABDUL KARIM BIN SAYYID ‘ATHAILLAH.

Sayyid Muhammad yang datang ke Atjeh pada tahun 711 H, tidak menjadi raja beliau menjadi ulama di pantai utara Atjeh, tepatnya di juli Bireun(Pembawa Thariqat Syathariyah).. ( 2 )

Beliau hidup di juli bireun.dan memiliki beberapa gelar / nama lain diantaranya: ( 3 )

- Sayyid Muhammad ‘Asyiq Madinatir rasul di negeri juli,

- Sayyid Muhammad ‘Asyiq.

- Sayyid Madinah

Adapun Sayyid Muhammad Bin Sayyid Abdul Karim Bin Sayyid ‘Athaillah menurunkan 9 keturunan di Atjeh (Serambi Mekkah):

1. Geujruen Sayyid Geumpa di juli

2. Geujruen Medan

3. Geujruen Paksa di juli

4. Geujruen PO Meugat di juli

5. Geujruen Sie Keubeue di juli

6. Geujruen Nyak Qin

7. Gejruen Syieq Ek

8. Gejruen Ee/Geujruen Aulia/Sayyid Ahmad/Sayyid Muhammad Basyar,di juli

9. Teungku Syik di Glong glang/Teungku Syik di Gleung Glang.di Atjeh Tengah.

Ke 9 orang putra Sayyid Muhammad tersebut mempunyai cerita tersendiri di kalangan masyarakat Aceh utara pada umumnya. Dan Masyarakat juli khususnya. Cerita tentang mereka mungkin hampir hilang di kalangan masyarakat sekarang.

Pada halaman lain risalah ini akan penulis uraikan lebih lanjut cerita tentang Putra-putra Sayyid Muhammad Bin Sayyid Abdul karim Bin Sayyid ‘Athaillah.

Akhirnya Sayyid Muhammad ‘Asyiq Madinatirrasul Kembali ke hadhirat Allah Rabbul ‘Alamin, dan di makamkan di Cot trieng Juli – Bireun Atjeh.

Salah seorang dari 9 Putra Sayyid Muhammad yaitu Sayyid Ahmad/Sayyid Muhammad Basyar mempunyai dua orang putra yang bernama Sayyid Abdul Ghafur dan Sayyid Abdul Syakur.Mereka lahir dan wafat di juli.

Sayyid Abdul Ghafur mempunyai seorang putra yang bernnama Sayyid Abdul Kabir Ar-raniry, beliau pernah bermukim dan menuntut ilmu di Ar-raniry.

Sayyid Abdul kabir menikah dengan seorang wanita, putri dari ulama Pante Geulima di Meureudu. ( 4 )

Pada awal abad ke 12 H, Sayyid Abdul Kabir Ar-raniry dari negeri juli hijrah ke negeri Busu bersama istrinya atas perintah raja di waktu itu untuk menjadi mufti di negeri Busu di masa kerajaan Atjeh. Beliau menetap di Busu bersama istrinya. Setelah sekian lama menetap dan menjadi seorang ulama di Busu yang membidangi ilmu agama tentang thariqat “Syatthariyah”. Beliaulah yang pertama membawa thariqat Syatthariyah ke negeri Busu.

Akhirnya Sayyid Abdul Kabir Ar-Raniry menjadi seorang Teungku Syik di Busu dengan gelar Teungku Chik di Juli.Beliau mendapat nama lain dengan sebutan “Sayyid Syaikh Quthub Abdul Kabir Ar-Raniry.Adapun beliau mempunyai 2 orang anak,yaitu Sayyid Syaikh Quthub Nuruddin dan Syaikh Muhammad Bara ah.

Sayyid Syaikh Quthub Abdul Kabir Ar-Raniry lahir di Juli Bireuen dan wafat serta dimaqamkan di sebuah Kampung/Gampong yaitu Meunasah Arra atau Meunasah Lingkok sekarang.

Salah seorang putra Sayyid Abdul Kabir ialah Sayyid Syaikh Quthub Nuruddin,beliau lahir di Meunasah Arra Busu,dan setelah dewasa beliaulah yang menggantikan orang tuanya,selaku penerus ‘Thariqat Syaththariyah yang tempatnya di Meunasah Tjut atau Meunasah Coh,yang sekarang tinggal nama

Syaikh Nuruddin menikah dengan seorang wanita yaitu putri Habib Lampoih U yang bernama Cut Rumoh Raya dan menetap di meunasah Coh.

Pada suatu ketika 4 abad yang silam terjadi suatu masaalah antara Sayyid Syaikh Quthub Nuruddin dengan keluarga ulee balang yang berdomisili di sekitar dayah/tempat pengajian(meunasah coh),di Rumoh Raya diadakan acara pesta (piasan malam) yang merupakan hiburan masyarakat yang telah mendarah daging di hati masyarakat,hal itu bagi Teungku Syaikh tidak seperinsip,akhirnya Tgk Syaikh melarangnya.Tapi masyarakat tak mau mengindahkannya.Jadi Tgk Syaikh tak sanggup melawan hal tersebut,akhirnya terpaksa hijrah ke tempat lain.

Adapun tempat hijrahnya Sayyid Syaikh Quthub Nuruddin adalah suatu tempat bekas sungai yang sering disebut orang bekas pante krueng.

Di sanalah beliau mulai hidup baru bersama keluarganya.Di tempat itu pula beliau membangun dayah tempat pengajian yang baru bersama masyarakat yang setia kepadanya.Sedangkan dayah Meunasah Cut dipimpin oleh Tgk Chik ‘Abdussamad masih keluarga Tgk Chik di Pante.

Dari tahun berganti tahun pengajian semakin maju dan pengikutnya semakin banyak dan telah termasyhur kemana-kemana.Konon kabarnya,jika ada masyarakat yang ingin menunaikan ibadah haji,belum sempurna ilmunya kalau belum belajar di Dayah Pante.

Sayyid Syaikh Quthub Nuruddin yang mengurus dan memimpin pengajian serta mengajarkan bermacam-macam ilmu di dayah Pante semakin terkenal,sehingga beliau di juluki dengan sebutan Teungku Chik di Pante HU .

Di usia tuanya Tgk Chik di Pante semakin taat beridah kepada Allah dan pada suatu malam yang ke 27 di bulan suci ramadhan beliau bangun ditengah malam yang dingin menuju sumur untuk berwudhu,beliau melepaskan serbannya serta menaruhnya diatas pohon kelapa yang sudah tumbang sebelumnya.Beliau sempat memetik kelapa tua dan beberapa kelapa muda.Dengan tidak disadari pohon kelapa tersebut berdiri tegak kembali seperti sediakala.Tgk Chik di Pante tidak menghiraukan hal itu,beliau terus pergi menuju tempat shalat.Beliau menunaikan shalat malam sendirian tanpa diketahui oleh orang lain.

Keesokan harinya tersebarlah berita bahwa Tgk Chik di Pante mendapat malam Lailatul qadar.berita tersebut tersebar oleh muridnya.Ada segelintir orang tidak percaya hal tesebut,karena mareka belum begitu faham tentang agama.

Di samping mendapat malam qadar Tgk chik di Pante pernah mengalami kemuliaan yang lain,yaitu beliau bisa shalat diatas air,karena pada suatu ketika ada seseorang ingin mengikuti jejak beliau.Orang itu berkata kepada beliau : Saya ingin mengikuti Tgk Chik,kemudian Tgk Chik menjawab : boleh-boleh saja.Kemudian Tgk Chik mengajak orang itu shalat bersama diatas air yang ada di kolam.Tgk Chik bisa berdiri diatas air sedangkan orang itu tidak bisa.Dari kejadian itu bisa kita ambil hikmahnya,artinya kita harus menuntut ilmu.agar bisa sejajar dengan orang berilmu.

Ada

kejadian-kejadian yang aneh lainnya yang dialami oleh Tgk Chik di Pante misalnya : beliau menemukan emas dalam buah kelapa yang beliau petik di malam qadar,beliau menanam segempal nasi lalu tumbuh sebatang mengkudu tanpa biji,beliau ada di Mekkah dan ada di Atjeh dalam waktu singkat.

Mengapa tempat Tgk Chik di Pante disebut Pante HU? Karena tempat itu asalnya pante krueng,kemudian menjadi tempat pengajian(dayah seumeubeuet) dan tempat ibadah terutama pada malam-malam tertentu diadakan acara ratib diantaranya mengucap ALLAHU yang dalam bahasa Atjeh disebut meuHU.maka tersebutlah tempat itu ‘PANTE HU’.

Adapun semasa hidupnya Tgk Chik di Pante meninggalkan sebuah dayah dan kitab-kitab hasil karyanya,yang sekarang semua itu telah sirna dimakan zaman.Hanya sebuah sumur tualah yang tinggal sebagai sebuah kenangan yang bisu.sumur itu disebut “MON MEUTURAB”.Di kemukiman Busu hanya ada 2 buah sumur yang berusia tua dan bentuknya sama.Yang satu di tempat TEUNGKU CHIK DI PANTE dan yang satu lagi dilokasi Mesjid PO TEUMEUREUHOM BUSU,Jadi Mesjid POTEUMEUREUHOM dan DAYAH PANTE HU berada di masa yang bersamaan.buktinya Teungku Chik di Juli(orang tua Tgk Chik di Pante) pernah menjabat sebagai Qadhi di masa POTEUMEUREUHOM.

Ada

beberapa nama/gelar bagi Tgk Chik di Pante :

1.Syaikh Nuruddin.

2.Sayyid Syaikh Quthub Nuruddin

3.Sayyidina wa Maulana Syaikh Nuruddin

4.Arif Zahidin

5.Teungku Chik di Pante.

Teungku Chik di Pante yang nama lengkapnya Sayyid Syaikh Quthub Nuruddin mempunyai 9 orang anak :Mareka adalah:

1.Syaikh Mas‘ud (Quthub Nisbah wa Qadasallah) alias Tgk Chik di Meulayu alias Tgk Peupadok droe.

2.Syaikh Muhammad Sa’ad alias Tgk Haji Krueng Baro.

3.Syaikh Hasan Asyi Syamiah Makkah ALMUKARRAMAH.

4.lameu Husein.

5.Faqih Muhammad Saleh. ( 6 )

6.Haji Teungoh ( 7 ).

7.Teungku Nya’ Asyiah/Cut Nya’Asyiah.

8.Teungku Nya’ Pinta/Cut Nya’ Pinta.

9.Teungku Nya’ Habibah/Cut Nya’ Habibah



Akhirnya Tgk Chik di Pante wafat dan di maqamkan di sana(di Pante Hu).Sekarang maqamnya sedang dipugar oleh cucunya yang cinta dan setia kepadanya,karena masih ada diantara cucunya yang masih setia kepadanya diantaranya:Mahyiddin bin Muhammad Saman(Doden Sabang).Buktinya di bulan syawal 1431 H dengan rasa ikhlas menyumbang 1 juta rupiah ditangan penulis untuk pemugaran maqam Tgk Chik di Pante,kemudian menyusul Khalidin menyumbang seharga 1 sak semen lebih,dan ada cucu-cucu yang lain berjanji akan menyumbang dana untuk pemugaran maqam tersebut.

Demikianlah sekilas cerita tentang Sayyid Syaikh Quthub Nuruddin alias Tgk Chik Di Pante.Berikut cerita tentang anak-anak Tgk Chik di Pante:

l.Syaikh Mas’ud alias Tgk Chik di Meulayu.

Syaikh Mas’ud lahir dan dibesarkan di Busu,hidup bersama orang tuanya dan belajar ilmu juga sama orang tuanya.Beliau juga yang menggantikan orang tuanya meneruskan cita-cita suci’yaitu menebarkan syiar.amar ma’ruf nahi mungkar.mengajar muridnya tentang tauhid,fiqah dan ilmu thariqat dan ilmu lainnya.

Pada suatu ketika terjadilah suatu peristiwa perang di Busu antara kaum muslimin dengan belanda,karena suasana tak mengizinkan Syaikh Mas’ud terepaksa hijrah ke Meulayu Ilot,suatu tempat sebelah utara jabbal ghafur.Disanalah beliau mulai hidup baru,disana pula beliau mulai menjalankan misinya dibidang agama terutama masaalah “Thariqat Syatthariyah”.Dan sampai risalah ini disusun masih ada jama’ah ratib di tempat tersebut,yang jama’ah tersebut adalah cucu-cucunya dan masyarakat sekitarnya.

Syaikh Mas’ud menikah dengan seorang wanita yang bernama Tgk di Rumoh.Syaikh Mas’ud menurunkan 9 keturunan yaitu:Syaikh Muhammad ‘Ali, Syaikh Muhammad Amin, Syaikh Muhammad Sa’id, Nya’……….., Nya’………..,Syaikh Mahmud, Nya’Gade, Nya’Syaikh dan Sayyid Syaikh Mahyiddin alias Tgk di Meulayu yang sezaman dengan Sayyid Syaikh Mahyiddin Muda/ Habib Muda/Abu Peuleukueng di Meulaboh Atjeh Barat. Kalau kita telusuri garis keturunan Tgk Chik Di Meulayu banyak cucunya yang berpindah tempat misalnya HABIB PUTEH(Tgk Gade)bin Syaikh Muhammad ‘Ali bin Syaikh Mas’ud di GAMPONG ULEE KUBANG. HABIB YASIN(Tgk Muhammad Yasin) bin Sayyid Syaikh Mahyiddin bin Syaikh Mas’ud di Meunasah BLANG GAROT. SYAHIRANI binti Syaikh Ismail bin Sayyid Syaikh Mahyiddin bin Syaikh Mas’ud di PANTE GAROT. SYAIKH UMAR bin Habib Puteh bin Syaikh Muhammad “Ali bin Syaikh Mas’ud di GAROT. SYAIKH YA’QUB bin Sayyid Syaikh Mahyiddin bin Syaikh Mas’ud di PANGKALAN BEURANDAN. S.MUHAMMAD ISA AL MAHDALI bin Habib Puteh bin Syaikh Muhammad “Ali bin Syaikh Mas’ud di GAMPONG MESJID REUBEE. UMMI SYARIFAH binti Syaikh Ibrahim bin Syaikh Mahmud bin Syaikh Mas’ud di BEU AH. MAHYIDDIN(Doden) bin Muhammad Saman bin Syaikh Mahmud bin Syaikh Mas’ud di SABANG. TGK ILYAS bin Sairah bin Tgk Kaoy bin Syaikh Mas’ud di KUNYET PADANG TIJI. Dan CUCU-CUCU HAJJAH HINDUN di DJAKARTA & AMERIKA SERIKAT











2.Syaikh Muhammad Sa’ad alias Tgk Haji Krueng Baro. ( 8 )

Syaikh Muhammad Sa’ad adalah anak nomor urut ke 2 dalam silsilah yang ditulis di Mekkah oleh keluarga Syaikh Zaini bin Syaikh Hasan bin Syaikh Zaini.bin Syaikh Hasan bin Sayyid Syaikh Quthub Nuruddin. Beliau lahir,hidup serta dibesarkan di Busu. Sejak aqil baligh beliau rajin menekuni ilmu agama.Beliaulah yang menggantikan orang tuanya di negeri Busu sehingga beliau duduk sebagai Syaikh dalam majlis “Thariqat Syatthariyah” di Busu. Beliau tidak hijrah ke tempat lain kecuali menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Beliau tetap tinggal di Busu sampai akhir hayatnya.Syaikh Muhammad Sa’ad menurunkan 4 orang keturunannya : yaitu Syaikh “Abdurrahman, Syaikh Hasan, Khadijah dan seorang lagi tidak tau namanya karena tulisan dalam silsilah kurang jelas. Salah seorang dari anak Syaikh Muhammad Sa’ad ialah Syaikh “Abdurrahman, yang menurunkan seorang keturunan laki : yaitu Sayyid Muhammad ‘Asyiq ‘Arif Rabbany, yang lainnya perempuan yaitu : Cutpo Puteh, Cutpo Shafiyyah..

Sayyid Muhammad ‘Asyiq ‘Arif Rabbany menurunkan keturunan 3 orang laki dan 2 orang perempuan; yang perempuan bernama ‘Asyiyah dan Aja ‘Anshary(meninggal di usia muda).Sedangkan yang laki 3 orang yaitu : Sayyid Mahyiddin, Sayyid Zaini alias Tgk Haji ‘Abdul Jalil dan Sayyid Yusuf.

Di masa muda Sayyid Zaini bersama adiknya Sayyid Yusuf merantau ke wilayah utara tanah Atjeh(Cunda).ketika kembali ke kampung halamannya kedua mareka berubah nama.Sayyid Zaini menjadi Muhammad Jalil, Sayyid Yusuf menjadi Muhammad Yusuf. Mengapa mereka berobah nama? Jawabannya ialah karena peristiwa perang yang berkepanjangan. Sayyid Yusuf menikah dengan Halimah binti Tgk Yusuf di Yan dan menurunkan 3 orang putra masing-masing bernama Zaini, Marzuqi,’Abdurrahman dan 1 orang putri bernama Ruhamah. Zaini bin Sayyid Yusuf menurunkan 2 putra bernaama : Habib Efendi dan Habib Agus, sedangkan yang putri bernama Afnidar,Yulis dan Lailul Qadri. Marzuqi menurunkaan keturunan Israfil dan Ismail. Abdurrahman menurunkan anak masing-masing ‘Abdul Kabir,’Abdul Ghaffar dan Syarifah Zaqiyah. Ruhamah tak ada keturunan.

Sekembalinya Sayyid Zaini ke kampung halamannya beliau menikah dengan seorang wanita yang bernama ‘Aisyah binti Zubair bin Tgk Lam baet Batee(Mareka tak punya keturunan).Mulai saat itu namanya menjadi Tgk Haji ‘Abdul Jalil. Ketika beliau menunaikan ibadah haji di Mekkah,beliau mendalami ilmu agama pada seorang ulama Wahabi dari Madinah,sehingga sekembalinya dari tanah suci beliuau telah menganut paham wahabi yang kata orang telah menjadi kelompok Muhammadiyah.Dan sering terjadi selisih pendapat dengan abangnya Sayyid Mahyiddin.abangnya bermazhab syafi’i. abangnya juga seorang yang tekun mendalami ilmu “Thariqat Syatthariyah” yang diwariskan oleh orang tuanya Sayyid Muhammad ‘Asyiq serta menerima ijazah “Thariqat Syatthariyah” langsung dari Sayyid Syaikh Mahyiddin bin Syaikh Mas’ud alias Tgk di Meulayu. Sayyid Mahyiddin bin SM ‘Asyiq (yang meuteumeung pajoh supah Tgk di Meulayu).Sayyid Mahyiddin bin SM ‘Asyiq merupakan Syaikh thariqat syatthariyah yang terakhir dari keturunan Tgk Chik di Pante dan Tgk Chik di Meulayu. Dan beliau mendapat nama tambahan yaitu Sayyid Syaikh Mahyiddin. Jadi ada 3 orang yang namanya sama : ( 9 )

A. Sayyid Syaikh Mahyiddin Muda/Habib Muda di Meulaboh Atjeh Barat.

B. Sayyid Syaikh Mahyiddin ibnu Syaikhuna Mas’ud di Meulayu Ilot.)Pidie.

C. Sayyid Syaikh Mahyiddin ‘Asyiq/Habib Baqi’ di Busu Mutiara.Pidie.

Sayyid Mahyiddin ‘Asyiq memiliki banyak pengikutnya diantaranya di Busu,di Meulayu,di Dalueng, di Garot, di Keulibeuet,dan di daerah lain yang tak sempat penulis data ulang, karena mereka telah almarhum/almarhumah.

Sayyid Mahyiddin ‘Asyiq mempunyai 3 orang isteri.Yang pertama di Tangkueng Mali Kecamaqtan Sakti bernama Khadijah anak Geusyiq. Yang kedua di Busu bernama Zainabon binti Muhammad Yusuf bin Muhammad Syarif(anak peutua neubok gle Pante Raja).Yang ketiga di Meulayu Ilot yang bernama Cut Halimah cucu ulee balang di Meulayu..

Pada isteri pertama tak ada anak seorangpun.Pada isteri kedua menurunkan 3 orang putra dan 2 putri dan 1 orang gugur pada usia 4 bulan. Adapun anak pada isteri kedua adalah : Sayyid Geumpa, Syarifah Juraida(Cut Adeq), Sayyid Muhammad, Aja Fathimah dan yang bungsu bernama Sayyid Mahmud/Syaikh Shamady Az Zahid. Pada isteri ketiga mempunyai 2 orang anak. 1 orang putra bernama Sayyid ‘Abdul Kabir meninggal waktu kecil.1 orang lagi perempuan bernama Cut Sa’diyah,yang kemudian menikah dengan Sayyid Ilyas bin Habib Husain bin Habib Chik Al Bahsin. Dari pernikahan Cut Sa’diyah dengan Sayyid Ilyas lahirlah putra-putri mereka masing-masing bernama : Sayyid Lukmanul Hakim Al Bahsin, Sayyid Budiman/Sayyid Daniya Al Bahsin, Syarifah Nuraida Al Bahsin, Sayyid Mustafa Al Bahsin dan Syarifah Habibah Al Bahsin.



3.Syaikh Hasan Asyi Kampung Syamiah Mekkah Al Mukarramah Saudi Arabia

.

Syaikh Hasan Asyi Mekkah adalah anak Tgk Chik di Pante yang ke 4. Syaikh Hasan hidup dan menetap di Kampung Syamiah Mekkah Saudi Arabia

. Beliau menurunkan 1 orang putri bernama Ruqaiyah dan 1 orang putra bernama Syaikh Zaini. Syaikh Zaini menurunkan 3 orang putri bernama : Asmah, Khadijah dan Ruqaiyah, serta 2 orang putra yang bernama : Syaikh Hasan dan Syaikh ‘Abdurrahman. Syaikh Hasan menurunkan 4 orang anak yaitu : Syaikh Zaini, Fathimah, Jamilah dan Khadijah. Sedangkan syaikh ‘Abdurrahman menurunkan hanya 1 orang putri bernama Halimah. Syaikh Zaini bin Hasan menurunkan 4 putri yaitu Kalsum, Nursyiyah, ‘Aisyah dan Asmah,sedangkan putra 2 orang bernama Syaikh Hasan dan Syaikh Ahmad.Syaikh Hasan yang dulu menetap di kampung syamiah mekkah telah pindah ke komplek perumahan Raja Fahd, karena tempat itu kena perluasan Mesjidilharam.sedangkan Syaikh Ahmad sejak dulu sampai sekarang masih tinggal di Jeddah. Syaikh Hasan mempunyai 9 anak yaitu Syaikh ‘Abdul ‘Aziz, Nurah, Aminah, Syaikh Zaini, Syaikh Nuruddin, Syaikh ‘Abdul Jalil , Syaikh Mahyiddin dan Syaikh Khalid.

Syaikh Ahmad Asyi mempunyai 9 orang anak yaitu : Syaikh ‘Abdurrahman, Faiqah, Nawali, Syaikh ‘Abdul Kabir, ……………, Fathani, Faizah, Fauziah dan Faridah(1 orang tidak jelas namanya karena tulisan dalam silsilah tak jelas).

Demikianlah cerita singkat tentang garis keturunan Tgk Chik di Pante yang ada di Mekkah(Arab).

4. Faqih Muhammad Saleh. Meninggal di usia muda. ( 10 )

5. Lameu Husain .

Lameu Husain anak Tgk Chik di Pante yang ke 5, menurunkan 4 orang anak yaitu : Ahmad Puteh, Syah kubat , Cut Ben, Asyi dan Tgk nya’ Yusuf. Syah Kubat menurunkan 2 anak yaitu Halimah dan Nya’ Paneuk

Tgk Nya’ Yusuf menurunkan 2 anak yaitu Geusyik Ahmad dan ‘Aisyah. ( 11 )

Geusyik Ahmad menurunkan 4 orang anak yang bernama Nurcahya, ‘Abdurrahman, ‘;Abdullathif, ‘Aisyah.

‘Abdurrahman menurunkan 3 orang anak ,masing-masing bernama Alamsyah, sudirman dan Irma. Sedangkan ‘Abdullathif menurunkan 5 anak yang bernama Gulam Ahmad, Hasbi, ‘Ali, Umar, Muhammad Daud dan Syarifah.

6. Haji Teungoh.

Haji Teungoh menurunkan 2 orang anak yang bernama : Nya’ Asyi dan Bahauddin. Bahauddin menurunkan seorang anak yang bernama mahyiddin. Mahyiddin menurunkan 2 anak Muhammad Husain dan Nya’ … . . Muhammad Husain menurunkan 3 anak : Syammah, ‘Ali dan Habsah.

7. Cut Nya’ Habibah dan Cut Nya’ Pinta tak ada keterangan serta nasab mareka sudah

putus.Sedangkan Cut Nya’ Asiyah keturunannya banyak berkembang di Busu Simpang 4, tapi nasabnya sudah putus.

Demikianlah risalah singkat ini penulis susun berdasarkan cerita turun temurun dari endatu kami sampai kepada kami. Risalah ini penulis kutip dari bahasa lisan dan tulisan orang-orang terdahulu diantaranya :

1.Syaikh Ya’qub bin Sayyid Syaikh Mahyiddin bin Syaikhuna Mas’ud bin Sayyid Syaikh Quthub Nuruddin.

2. Sayyid .Muhammad Isa Al Mahdali bin Habib Puteh bin Syaikh Muhammad ‘Ali bin Syaikhuna Mas’ud bin Sayyid syaikh Quthub Nuruddin.

3. Sayyid Syaikh Mahyiddin bin Sayyid Muhammad ‘Asyiq ‘Arif Rabbany bin SyaikhAbndurrahman bin Syaikh Muhammad Sa’ad bin Sayyid Syaikh Quthub Nuruddin.

4. Lailan binti Harun bin Fathimah binti Hamdi binti Cut Nya’ asyiyah binti Sayyid Syaikh Quthub Nuruddin

5. Hajjah Hindun binti Tgk Kaoy bin Syaikh Muhammad ‘Ali bin Syaikhuna Mas’ud bin Sayyid Syaikh Quthub Nuruddin.

6. Abd Rahman Arhas & SM Nur Hasan Sahib bin Intan binti Cutpo Puteh binti Syaikh ‘Abdurrahman bin Syaikh Muhammad Sa’ad bin Sayyid Syaikh Quthub Nuruddin.

7.’Aisyah binti Ahmad bin Yusuf bin Husain bin Sayyid Syaikh Quthub Nuruddin.

8.Sayyid Anshari bin Habib Husain bin Habib Arbi bin Sayyid ‘Abdurrahim Quthubul Wujud bin Habib ‘Abdul Qadir Rama’any bin Sayyid ‘Athaf

9.Naskah – naskah kuno tulisan tangan peninggalan Dayah Pante yang tersimpan sama cucu-cucu Tgk Chik di Pante.

Habib Muda Seunagan dan ulama NKRI dari Tanah Rencong

Perjuangan bangsa Indonesia sejak dulu kala mulai dari merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan tidak terlepas dari peran ulama. Sebagai panutan umat, ulama mempunyai peran strategis dalam membimbing dan mengarahkan umat agar senantiasa menjalani hidup dalam koridor nilai-nilai ke-Illahi-an atau penjaga moral. Ulama juga menjadi pemimpin dalam segala aspek kehidupan atau informal leadher, termasuk dalam kehidupan politik dan kebangsaan.

 Meksi kepemimpinan ulama bersifat informal, namun pengaruhnya di masyarakat justru kadang lebih kuat daripada pemimpin formal seperti bupati/walikota, gubernur dan bahkan presiden sekalipun. Ketulusan dan keikhlasan ulama dalam membimbing dan melindungi umat menjadikannya pemimpin yang mengakar dan diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.

 Abu Habib Muda Seunagan yang mempunyai nama asli Habib Muhammad Yeddin bin Habib Muhammad Yasin adalah sosok ulama kharismatik. Beliau seorang guru atau mursyid Thariqat Syattariah. Selain seorang ulama yang disegani, Habib yang dianugerahi Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama oleh Presiden B.J. Habibie ini juga seorang pejuang kemerdekaan yang mempunyai komitmen kuat dan setia demi tetap tegaknya NKRI.

 Demikian sekilas tentang profil diri Habib Muda Saunagan dalam buku yang diterbitkan oleh PT. Karya Sukses Sentosa dengan penanggung jawabnya Dra. Hj. Y. Wage SK. Dalam buku tersebut, oleh penulisnya diceritakan secara apa adanya kiprah Abu Habib Muda Seunagan dalam masa perjuangan merebut kemerdekaan dan masa-masa mempertahankan kemerdekaan. Baik pada masa pendudukan tentara Jepang, maupun pada masa agresi militer I dan II oleh Belanda. Habib pernah mengirim 160 personil Lasykar Jihad dalam peperangan yang disebut Sidikalang di Tapanuli Utara yaitu pada masa agresi militer II. Lasykar Jihad merupakan pasukan yang ia bentuk yang terdiri dari murid-muridnya yang terlatih dan terpilih. Habib sendiri yang membentuk pasukan tersebut untuk menghadapi tentara Belanda..

 Suasana heroisme dan patriotisme para murid-murid Abu Habib Muda Seunagan yang tergabung dalam pasukan Lasykar Jihad saat melawan Belanda oleh penulis juga diceritakan berdasarkan sumber-sumber utamanya. Inilah yang menjadi nilai lebih dari buku ini, karena tidak hanya melulu berbicara tentang biografi seorang tokoh melainkan hampir seperti buku sejarah. Sejarah tentang pergerakan melawan bangsa kolonial yang dilakukan oleh rakyat Aceh. Didalamnya, ada berbagai macam kisah yang berlatar belakang dengan perjuangan dan pengalaman-pengalaman spiritual dan religius yang dialami oleh Abu Habib Muda Seunagan.

 Salah satu contohnya adalah cerita tentang “Hikayat Perang Sabil”. Abu menggunakan cerita “Hikayat Perang Sabil” karya seorang ulama penyair Tengku Syekh Muhammad lahir tahun 1836 M di Desa Pante Kulu Kumukiman Titeu Kecamatan Keumala Pidie. Oleh Abu, Hikayat Perang Sabil dijadikan media dakwah untuk membangkitkan semangat perang dan Jihad Fi Sabilillah melawan Belanda. Sebelum para pasukannya berangkat ke medan perang, terlebih dahulu dikisahkan tentang Hikayat Perang Sabil. Karena kewalahan melawan militansi dan perlawanan dari rakyat Aceh, Pemerintah Hindia Belanda akhirnya melarang membaca, menyampaikan dan mendengarkan tentang Hikayat Perang Sabil.

 Dalam buku ini dikisahkan pula keterlibatan dan kepeloporan beliau dalam mempertahankan tetap utuhnya NKRI di Aceh. Pada masa pemerintahan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Mr. Ali Sastromidjojo, tepatnya tanggal 21 September 1953, terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Tengku Muhammad Daud Beureuh mantan Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanag Karo dan mantan Gubernur Aceh pertama.

 Tengku Muhammad Daud Beureuh memproklamirkan bahwa Aceh adalah Negara Islam dan mengangkat senjata melawan pemerintah pusat. Sikap Daud Beureuh ini banyak mendapat tentangan dari ulama Aceh sendiri, termasuk diantaranya Abu Habib Muda Seunagan yang pada akhirnya terjadilah perang Aceh atau peristiwa berdarah.

 Abu Habib Muda Seunagan dalam rapat umum di desa Peulekung pada tanggal 17 November 1953 yang dihadiri oleh ribuan pengunjung secara tegas menyatakan menentang tindakan tersebut. Tidak hanya itu, Abu Habib Muda Seunagan juga mempelopori terbentuknya “Pagar Desa” di daerah-daerah yang menjadi basis para pendukungnya. Bersama dengan para pengikutnya, Abu Habib Muda Seunagan akan tetap setia berdiri dibelakang pemerintah Republik Indonesia. Sebagai bentuk komitmen terhadap NKRI, Habib juga membentuk pasukan tempur yang terdiri dari para pendekar pedang yang selalu siap siaga menjalankan perintah. Sehingga, suatu ketika terjadi perlawanan antara pasukan pro NKRI pimpinnan Abu Habib Muda Seunagan dengan kelompok yang menentang NKRI.

 Itulah sepenggal hikmah tentang komitmen dan perjuanggan beliau terhadap tegaknya NKRI dari rongrongan manapun. Atas jerih payah dan ketulusan beliau pula akhirnya Abu Habib Muda Seunagan dipanggil ke Istana Negara oleh Bung Karno. Pertemuan yang akrab dan hangat tersebut laksana antara bapak dan anak yang sudah lama tidak berjumpa. Bung Karno sebagai sosok yang lebh muda dan sebagai representasi figur umara’ meminta nasehat dan masukan kepada Habib Muda Seunagan dalam merumuskan dan mengambil kebijakan, terutama yang berkaitan dengan konflik di Aceh. Abu Habib Muda Seunagan menyarankan agar dalam menyelesaikan masalah Aceh pemerintah pusat lebih menggunakan pendekatan kemanusiawan dan bukan menggunakan cara-cara kekerasan.

 Wisata Religi
Tidak sebagaimana umumnya buku-buku biografi, buku yang ditulis oleh Tengku Sammina Daud ini kalau anda baca dan selami secara runtut dari bab per bab akan membawa anda pada suasana berwisata religi/spriritual. Batin anda akan diajak beranjangsana menapaki lika-liku kehidupan dengan berbagai nasehat dan petuah-petuah religius. Terutama sekali, saat kita ikuti perjalanan Abu Habib Muda seunagan dari Aceh menuju Jakarta dan diteruskan dengan perjalanan berziarah ke makam Wali Songo mulai dari Jawa Barat sampai Jawa Timur.

 Perjalanan ziarah yang dimulai dari makam Sunan Gunung Jati yang berlokasi di Cirebon Jawa Barat. Sunan Gunung Jati dari silsilahnya masih kakek dari Abu Habib Muda Seunagan. Setelah itu menuju ke Jawa Tengah untuk mengunjungi Masjid Agung Demak dan berziarah ke makam Raden Patah dan berziarah ke makam Sunan Kalijago di Kadilangu Demak. Baru dilanjutkan ke Kudus (Sunan Muria dan Sunan Kudus) dan Jawa Timur yakni Tuban, Gresik dan Surabaya. Dalam setiap kunjungan ziarah, Abu Habib Muda Seunagan terlebih dahulu menemui Juru Kunci makam.

 Tidak hanya tentang biografi tokoh atau figur, buku ini juga mengupas tentang dunia tasawuf dan tharikat mulai dari ajaran-ajarannya sampai pada jullak dan juknis dalam menjalankan tharikat atau suluk. Namun sebagai ukuran buku biografi, sumber-sumber yang digali masih terlalu sederhana baik dari sisi narasumbernya dan strategi penggalian datanya. Penulis yakin, sisi kehidupan dari seorang Habib Muda Saunagan jauh lebih kaya lagi akan hikmah untuk pelajaran bagi generasi kedepan. Namun sebagai langkah awal, buku ini cukup layak untuk diapresiasi dan dibaca bagi semua kalangan.

Suara Pemekaran Aceh Terus Berlanjut

KabarIndonesia - Pada hari Rabu kemarin (19/8) telah dilaksanakan Acara Dzikir Syukur Cinta NKRI di komplek Masjid Abu Habib Muda Seunagan, Desa Peuleukung, Kecamatan Seunagan Timur, Nagan Raya. Acara ini diselenggarakan oleh warga Pantai Barat-Selatan. Dalam Acara ini Warga mendesak pemerintah pusat untuk segera mewujudkan pemekaran Aceh menjadi dua provinsi baru, yaitu Provinsi Aceh Barat Selatan (Abas) dan Aceh Leuser Antara (Ala). Acara tersebut dihadiri oleh Staf ahli Presiden RI bidang Polkam, Mayjen (Purn) HM Djali Yusuf dan sejumlah anggota Tim Sukses SBY – Boediono.

 Dalam sambutannya, Djali Yusuf mengatakan bahwa suara pemekaran wilayah yang telah diusulkan oleh seluruh masyarakat di pantai barat selatan Aceh, masih akan dipertimbangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). “Semua itu sudah diatur dalam undang-undang, apalagi usulan pemekaran Provinsi ABAS dan ALA sudah lama disampaikan dan telah berada di tangan Menteri Dalam negeri.

 Menurut Djali Yusuf, kunci utama dari pemekaran sebuah Provinsi di Indonesia berada sepenuhnya di tangan Presiden, namun Presiden juga tak bisa sembarangan membuka kunci itu sebelum adanya kelengkapan persyaratan yang telah ditetapkan dalam undang-undang. Terkait dengan rencana pemekaran Provinsi ABAS dan ALA sebagaimana diusulkan tadi, masih banyak kekurangan syaratnya, yaitu salah satunya belum disetujui dan ditandatangani oleh Gubernur Aceh selaku pimpinan provinsi induk.

 Selain itu Djali Yusuf menyampaikan dengan tegas bahwa hal itu tidaklah menjadi suatu syarat mutlak. Kalau gubernur tak setuju terhadap pemekaran wilayah, akan tetapi seluruh masyarakat menghendaki adanya pemekaran wilayah, maka hal itu sah-sah saja dilakukan. Sebab, kekuasaan terbesar itu berada di tangan masyarakat. Apalagi, rencana pembentukan Provinsi ABAS dan ALA ini telah lama diperjuangkan oleh seluruh Masyarakat.

 Sebelumnya, Bupati Nagan Raya, Drs T Zulkarnaini, dalam sambutannya pada acara Dzikir Syukur Cinta NKRI juga mengharapkan kepada pasangan terpilih Presiden SBY - Boediono untuk segera mempercepat pemekaran Provinsi ABAS dan Provinsi ALA, guna mempercepat pembangunan di kedua kawasan tersebut.

 Selama ini, pembangunan di kedua kawasan ini jauh tertinggal dari kawasan timur dan utara Provinsi Aceh ungkapnya. Menurut Bupati, selama ini faktor utama lambannya pembangunan yang dirasakan masyarakat di kawasan kabupaten/kota di pesisir barat selatan Aceh itu dikarenakan minimnya dana otsus dan migas yang diterima masing-masing kabupaten/kota tersebut. Padahal, dana yang dikucurkan pemerintah pusat untuk Provinsi Aceh selama ini sangat besar yakni mencapai Rp 4 Triliun/tahun selama 20 Tahun kedepan.

 Dikatakan, porsi yang didapat kawasan pantai barat selatan itu sangat minim dan jauh tertinggal dari kawasan kabupaten/kota yang ada di pantai timur dan utara Aceh yang bagiannya justru lebih banyak. Padahal pembangunan di kawasan itu jauh meningkat dan telah maju. Saya tak mengatakan kalau pemerintah Aceh selama ini tak adil atau adanya diskriminatif, tetapi inilah kenyataannya.

 Hal serupa pernah juga disampaikan oleh Bupati Aceh Jaya pada saat pelantikan anggota dewan DPRK Aceh Jaya dimana beliau menyampaikan bahwa Pemerintah Aceh telah berlaku diskriminatif dan menganak tirikan penduduk wilayah Barat Selatan karena dirasakan pembangunan wilayah Barat Selatan teramat sangat tertinggal dibandingkan di wilayah Utara dan Timur. Hal inilah yang memperkuat adanya suara pemekaran di Wilayah Barat Selatan. Semoga Pemerintah pusat mempertimbangkan aspirasi seluruh masyarakat di wilayah Barat Selatan Aceh ini.(*) Oleh : Ahmad Rifai | 27-Aug-2009, 13:43:38 WIB http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/


Di Aceh, Idul Adha Dirayakan Berbeda

JEURAM - Perayaan Idul Adha 1431 H di Aceh akan dilakukan berbeda. Pasalnya, meski pemerintah telah menetapkan pelaksanaan Hari Raya Idul Adha 1431 Hijriyah jatuh pada Rabu (17/11) besok, namun sebagian masyarakat dipastikan berhari raya lebih cepat dari ketetapan pemerintah.

 Di Nagan Raya misalnya, ribuan masyarakat yang berasal dari sejumlah kecamatan, khususnya pengikut tokoh kharismatik Abu Habib Seunagan, Senin 15/11), sudah melaksanakan shalat Ied yang dipusatkan di halaman Masjid Peuleukung, Kecamatan Seunagan Timur. Sedangkan, pengikut Muhammadiyah yang sebesar di sejumlah kabupaten/kota di Aceh, dipastikan ber-Idul Adha pada Selasa (16/11) hari ini, sesuai keputusan PP Muhammadiyah.

 

Pantauan Serambi, gema takbir sudah bergema di Nagan Raya sejak Minggu (14/11) malam. Keesokan harinya yakni Senin pagi, ribuna pengikut Abu Habib Seunagan berbondong-bondong menuju halaman Masjid Peuleukung untuk menunaikan shalat Ied. Bertindak sebagai khatib adalah Said Hamazali.

Dalam khutbah singkatnya, Said Hamazali mengajak kepada seluruh umat Islam supaya terus mendekatkan diri kepada Allah SWT serta berbuat baik kepada sesama manusia, serta memakmanai hari raya qurban dengan mengambil hikmahnya.

Tokoh Masyarakat Nagan Raya, TR Keumangan yang juga cucu kandung Abu Habib Muda Seunagan, kepada Serambi, mengatakan, pelaksanaan hari raya Idul Adha yang lebih cepat dua hari dari ketepataan pemerintah, merupakan keputusan Abu Habib Qudrat yang telah melakukan perhitungan tersendiri.

Dirayakan hari ini
Sementara itu, sebagian warga Kota Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, terutama bagi kalangan masyarakat dari ormas Muhammadiyah, sebagaimana pengikut Muhammadiyah di seluruh pelosok Indonesia, dipastikan merayakan Idul Adha 1431 H pada Selasa (16/11) hari ini.

 Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Aceh Tengah, Zamri SPd, Senin (15/11), mengatakan, berdasarkan surat edaran dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah tertanggal 6 Juli 2010, ditetapkan Idul Adha 1431 H dilaksanakan pada 16 November 2010. Terkait adanya perbedaan dengan ketetapan pemerintah, menurut Zamri, itu merupakan hal biasa. “Mari kita jadikan perbedaan ini sebagai salah satu bentuk untuk semakin mempererat tali silaturahmi sesama muslim,” pintanya.

 Tetap buka
Di sisi lain, walau sejak Senin (15/11) kemarin, sebagian masyarakat Aceh telah berhari raya, namun aktivitas perkantoran dan pertokoan masih berjalan normal. Hal serupa juga diyakini terjadi pada Selasa (16/11), meski hari ini sebagian warga Aceh lainnya khususnya pengikut Muhammadiyah akan melaksanaan shalat Ied. Pasalnya, pemerintah sudah mengeluarkan surat edaran yang meminta perkantoran tetap buka dan menjalankan aktivitas seperti biasa pada Selasa hari ini.

Pun begitu, perbedaan ini tak urung tetap juga menimbulkan kebingungan di kalangan masyarakat. Terutama di kalangan pegawai negeri sipil (PNS) yang diwajibkan masuk kantor seperti biasa. Walau PNS itu ada berhari raya hari ini, namun mereka tetap diwajibkan masuk kerja, karena sesuai ketentuan pemerintah libur nasional Idul Adha hanya satu hari pada Rabu (17/11) besok.

Sejumlah PNS di Setdakab Aceh Selatan, kepada Serambi, mengakui bingung tentang penetapan 10 Zulhijjah 1431 Hijriah, yang berbeda-beda. sehingga tidak tahu kebenaran yang pasti tetang perayaan hari raya qurban itu. “Sebab, jika shalat Ied tetap dilaksakan hari Selasa, maka para PNS tidak bisa masuk kantor. Padahal, sesuai dengan instruksi Sekda, libur Idul Adha hanya satu hari saja, yakni hari Rabu (17/11),” ungkap salah seoarang PNS yang minta identitasnya dirahasiakan.

 Hanya saja, seperti ditegaskan Camat Labuhan Haji Suhasmi, meski sebagian PNS ada yang melaksanakan perayaan Idul Adha pada Selasa, namun bagi mereka tetap dianjurkan masuk kantor untuk melaksanakan tugasnya sebagai abdi negara seperti hari biasa. “Libur hanya hari Rabu, Selasa tetap bekerja,” katanya.(edi/c35/az)Serambi Indonesia : Tue, Nov 16th 2010, 11:05

Abu Habib Muda Seunagan dan Sosok Ulama-Pejuang

Jakarta-Aceh tak pernah kering dari darah pejuang. Salah seorang diantaranya Abu Habib Muda Seunagan, sosok kharismatis dari Pantai Barat. Selain seorang ulama yang dihormati, dia juga pejuang yang disegani. Ia wafat di Desa Peuleukung, Seunagan Barat, Kabupaten Nagan Raya, 14 Juni 1972 dan dikebumikan di samping Masjid Jamiek Abu Habib Muda Seunagan. Berkat jasanya dalam perang keme3rdekaan, Pemerintah RI menganugerahkannya “Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama.”
Kisah perjuangan dan pengaruh Habib Seunagan dilukiskan dengan detil dalam buku “Abu Habib Muda Seunagan dan Thariqat Syattariyah,” ditulis Tengku Sammina Daud, penerbit Karya Sukses Sentosa 2009. Buku setebal 254 halaman ini dibedah secara khusus oleh dua pembicara, yakni Masdar Farid Masudi (Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama—PBNU) dan Prof Syahrizal (Pembantu Rektor IV IAIN Ar-Raniry Banda Aceh) dengan moderator Mukhlas Syarkum, di Kantor PBNU Jakarta, Selasa (10/11). Hadir dalam acara bedah buku itu mantan gubernur Aceh Prof Syamsuddin Mahmud dan sejumlah tokoh Aceh lainnya.
Abu Habib Muda Seunagan yang mempunyai nama asli Habib Muhammad Yeddin bin Habib Muhammad Yasin juga seorang guru atau mursyid Thariqat Syattariah. Thariqat ini pada awalnya dibawa masuk ke Aceh oleh ulama Abdurrauf Asyingkili atau Syiah Kuala. Habib juga penerima anugerah “Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama” yang diserahkan pada masa Presiden BJ Habibie, atas peran dan sepak terjangnya dalam perang kemerdekaan, baik masa pendudukan Jepang, maupun saat agresi militer I dan II oleh Belanda.
Salah satu kisah yang direkam buku ini adalah ketika Habib mengirim 160 personil Lasykar Jihad dalam peperangan di Sidikalang Tapanuli Utara, pada masa agresi militer II. Lasykar Jihad merupakan pasukan yang ia bentuk yang terdiri dari murid-muridnya yang terlatih dan terpilih. Habib sendiri yang membentuk pasukan tersebut untuk menghadapi tentara Belanda.

Habib Seunagan juga menggunakan cerita “Hikayat Perang Sabil” karya Tengku Syekh Muhammad Pantee Kulu (lahir tahun 1836 M di Desa Pante Kulu Kumukiman Titeu Kecamatan Keumala Pidie) sebagai pemantik api perjuangan. “Sebelum pasukannya berangkat ke medan perang, terlebih dahulu dikisahkan tentang Hikayat Perang Sabil,” demikian antara lain yang tertulis dalam buku tersebut.
Buku itu mengisahkan keterlibatan dan kepeloporan Abu Habib Seunagan membentuk “Pagar Desa” di daerah-daerah yang menjadi basis para pendukungnya. Bersama dengan para pengikutnya, Abu Habib Muda Seunagan menyatakan setia berdiri dibelakang pemerintah Republik Indonesia. Sebagai bentuk komitmen terhadap NKRI, Habib membentuk pasukan tempur yang terdiri dari para pendekar pedang yang selalu siap siaga menjalankan perintah. Sehingga, suatu ketika terjadi perlawanan antara pasukan pro NKRI pimpinnan Abu Habib Muda Seunagan dengan kelompok yang menentang NKRI.
Atas jerih payah dan ketulusan beliau pula akhirnya Abu Habib Muda Seunagan dipanggil ke Istana Negara oleh Bung Karno. Pertemuan yang akrab dan hangat tersebut ibarat bapak dan anak yang sudah lama tidak berjumpa. Bung Karno sebagai sosok yang lebih muda dan sebagai representasi figur umara’ meminta nasehat dan masukan kepada Habib Muda Seunagan dalam merumuskan dan mengambil kebijakan, terutama yang berkaitan dengan konflik di Aceh. Abu Habib Muda Seunagan menyarankan agar dalam menyelesaikan masalah Aceh pemerintah pusat lebih menggunakan pendekatan kemanusiaan dan bukan menggunakan cara-cara kekerasan.(fik).Serambi Indoesia : Fri, Nov 13th 2009

RINDAM V/BRAWIJAYA:DANREM 012/TEUKU UMAR : MASYARAKAT JANGAN TAKUT PADA TNI

Komandan Resort Militer (Danrem) 012/Teuku Umar Kolonel Inf Arminson meminta masyarakat Nagan Raya, supaya tidak takut sama TNI yang melaksanakan tugas ditengah-tengah masyarakat. Sebab, keberadaan TNI di kalangan masyarakat untuk memberikan pengamanan sekaligus untuk melakukan silaturrahmi dengan rakyat.
Di sisi lain, masyarakat juga diminta supaya tetap waspada dan melaporkan kepada aparat keamanan terdekat, apabila menemukan adanya indikasi yang mencurigakan, sehingga bisa dilakukan pencegahan sedini mungkin. Hal itu diungkapkan Danrem saat bersilaturrahmi dengan keluarga besar Abu Habib Muda Seunagan dan komponen masyarakat, di Desa Peuleukung, Kecamatan Seunagan Timur, Nagan Raya, Rabu (17/3). Sebelumnya, panitia pelaksana TR Keumangan menyatakan, kegiatan silaturahmi yang dilaksanakan itu untuk mewujudkan keakraban antara komponen masyarakat di Nagan Raya serta keluarga besar Abu Habib Muda Seunagan bersama jajaran TNI. (Pendam IM/Dispenad)
www.rindam5brw.mil.id
Minggu, 21 Maret 2010

Kemenangan SBY di Aceh karena Peran Ulama Kharismatik

Jakarta, RMOL. Zikir Syukur Cinta NKRI bersama keluarga besar Abu Habib Muda Seunagan se-Provinsi Aceh yang digelar hari ini (Rabu, 19/8) dipadati sekitar 15 ribu warga dari berbagai pelosok daerah.
Tidak hanya ribuan warga dari kabupaten Nagan Raya, tapi juga dari Gayo, Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya dan Subusalam. Belasan ribu orang itu adalah pengagum dan pengikut setia dari ulama kharismatik Aceh, almarhum Abu Habib Muda Seunagan, yang telah memadati area masjid Jamik Abu Habib Muda Seunagan di Desa Peuleukung, Nagan Raya.
Zikir yang tengah berlangsung ini dipimpin oleh anak Abu Habib Muda Seunagan yang bernama Abu Qudrat. Hadir pula dalam zikir ini, Bupati Nagan Raya Zulkarnaini dan anggota tim sukses SBY, yakni Mayjen (Purn) Djalil Yusuf.
Konon, menurut beberapa peserta zikir yang ditanyai Rakyat Merdeka Online, di lokasi acara, kemenangan nyaris sempurna yang dialami Partai Demokrat dan SBY di Aceh, tak lepas dari pengaruh keluarga besar Abu Habib Muda Seunagan ini yang memfatwakan pengikutnya agar memilih SBY dalam Pilpres 2009. [ald]
RM online www.rakyatmerdeka.cp.id.
Laporan: M Hendry Ginting : Rabu, 19 Agustus 2009,

 

Minggu, 29 Mei 2011

ASAL CABANG
KODE MAKALAH
PESRTA

BADKO HMI ACEH

HMI Cabang Banda Aceh
                                  A
 1 Orang
HMI Cabang Lhokseumawe
 B
 1 Orang
HMI Cabang Langsa
 C
 1 Orang
HMI Cabang Jantho
 D
 1 Orang
HMI Cabang Tapak Tuan
 F
 1 Orang
HMI Cabang Meulaboh
 G
 1 Orang
HMI Cabang Sigli
 H
 1 Orang
HMI Cabang Takengon
 I
 1 Orang
HMI Cabang Bireun
 J
 1 Orang
HMI Cabang Kuta Cane (P)
 A
 1 Orang
HMI Cabang Sinabang (P)
 B
 1 Orang

BADKO HMI SUMATRA UTARA

HMI Cabang Medan
 
 1 Orang
HMI Cabang Pematang Siantar
 D
 1 Orang
HMI Cabang Padang Sidempuan
 E
 1 Orang
HMI Cabang Kisaran Asahan
 G
 1 Orang
HMI Cabang Binjai
 H
 1 Orang
HMI Cabang Langkat
 
 1 Orang
HMI Cabang Labuhan Batu
 J
 1 Orang
HMI Cabang Mandailing Natal
 A
 1 Orang

BADKO HMI SUMATRA BARAT

HMI Cabang Padang
 B
 1 Orang
HMI Cabang Bukit Tinggi
 C
 1 Orang
HMI Cabang Padang Panjang
 D
 1 Orang
HMI Cabang Payakumbu
 E
 1 Orang
HMI Cabang Solok
 F
 1 Orang
HMI Cabang Batu Sangkar
 G
 1 Orang
HMI Cabang S. Lunto-Sijunjung
 H
 1 Orang
HMI Cabang Lubuk Sikaping (P)
 I
 1 Orang
HMI Cabang Pariaman (P)
 J
 1 Orang
HMI Cabang Pesisir Selatan (P)
 A
 1 Orang

BADKO HMI RIAU-KEPRI

HMI Cabang Pekan Baru
 B
 1 Orang
HMI Cabang Batam
 C
 1 Orang
HMI Cabang Tanjung Pinang
 D
 1 Orang
HMI Cabang Tembilahan
 E
 1 Orang
HMI Cabang Dumai
 F
 1 Orang
HMI Cabang Rengat
 G
 1 Orang
HMI Cabang Natuna (P)
 H
 1 Orang

BADKO HMI SUMATRA BAGIAN SELATAN

HMI Cabang Palembang
 I
 1 Orang
HMI Cabang Bandar Lampung
 J
 1 Orang
HMI Cabang Bengkulu
 A
 1 Orang
HMI Cabang Metro
 B
 1 Orang
HMI Cabang Cucup
 C
 1 Orang
HMI Cabang Kota Bumi
 D
 1 Orang
HMI Cabang Lubuk Linggau
 E
 1 Orang
HMI Cabang Pangkal Pinang
 F
 1 Orang
HMI Cabang Batu Raja
 G
 1 Orang
HMI Cabang Indralaya
 H
 1 Orang
HMI Cabang Lahat (P)
 I
 1 Orang
HMI Cabang Oko Timur (P)
 J
 1 Orang

BADKO HMI JAMBI

HMI Cabang Jambi
 A
 1 Orang
HMI Cabang Kerinci
 B
 1 Orang
HMI Cabang Muara Bungo
 C
 1 Orang
HMI Cabang Sarolangun
 D
 1 Orang
HMI Cabang Muara Bulian
 E
 1 Orang
HMI Cabang Tebo
 F
 1 Orang
HMI Cabang Bangko
 G
 1 Orang

BADKO HMI JABOTABEKA-BANTEN

HMI Cabang Jakarta Pusat-Utara
 H
 1 Orang
HMI Cabang Jakarta Raya
 I
 1 Orang
HMI Cabang Jakarta Timur
 J
 1 Orang
HMI Cabang Jakarta Selatan
 A
 1 Orang
HMI Cabang Bogor
 B
 1 Orang
HMI Cabang Bekasi
 C
 1 Orang
HMI Cabang Depok
 D
 1 Orang
HMI Cabang Karawang
 E
 1 Orang
HMI Cabang Ciputat
 F
 1 Orang
HMI Cabang Serang
 G
 1 Orang
HMI Cabang Pandeglang
 H
 1 Orang
HMI Cabang Cilegon
 I
 1 Orang
HMI Cabang Jakarta Barat (P)
 J
 1 Orang
HMI Cabang Kota Bogor (P)
 A
 1 Orang

BADKO HMI JAWA BARAT

HMI Cabang Bandung
 B
 1 Orang
HMI Cabang Kabupaten Bandung
 C
 1 Orang
HMI Cabang Sumedang
 D
 1 Orang
HMI Cabang Garut
 E
 1 Orang
HMI Cabang Cirebon
 F
 1 Orang
HMI Cabang Tasikmalaya
 G
 1 Orang
HMI Cabang Kuningan
 H
 1 Orang
HMI Cabang Suka Bumi
 I
 1 Orang
HMI Cabang Cianjur
 J
 1 Orang
HMI Cabang Subang
 A
 1 Orang
HMI Cabang Majalengka
 B
 1 Orang
HMI Cabang Ciamis
 C
 1 Orang
HMI Cabang Purwakarta
 D
 1 Orang
HMI Cabang Indramayu
 E
 1 Orang

BADKO HMI JAWA TENGAH-DI YOGYAKARTA

HMI Cabang Bulaksumur Sleman
 F
 1 Orang
HMI Cabang Purwokerto
 G
 1 Orang
HMI Cabang Pekalongan
 H
 1 Orang
HMI Cabang Salatiga
 I
 1 Orang
HMI Cabang Megelang
 J
 1 Orang
HMI Cabang Yogyakarta
 A
 1 Orang
HMI Cabang Semarang
 B
 1 Orang
HMI Cabang Surakarta
 C
 1 Orang
HMI Cabang Kudus
 D
 1 Orang
HMI Cabang Sukoharjo
 E
 1 Orang
HMI Cabang Tegal (P)
 F
 1 Orang
HMI Cabang Kebumen (P)
 G
 1 Orang
HMI Cabang Blora (P)
 H
 1 Orang

BADKO HMI JAWA TIMUR

HMI Cabang Surabya
 I
 1 Orang
HMI Cabang Malang
 J
 1 Orang
HMI Cabang Ponorogo
 A
 1 Orang
HMI Cabang Jember
 B
 1 Orang
HMI Cabang Tulung Agung
 C
 1 Orang
HMI Cabang Pamekasan
 D
 1 Orang
HMI Cabang Jombang
 E
 1 Orang
HMI Cabang Bojonegoro
 F
 1 Orang
HMI Cabang Bangkalan
 G
 1 Orang
HMI Cabang Kediri
 H
 1 Orang
HMI Cabang Banyuwangi
 I
 1 Orang
HMI Cabang Pasuruan
 J
 1 Orang
HMI Cabang Pacitan
 A
 1 Orang
HMI Cabang Sumenep
 B
 1 Orang
HMI Cabang Probolinggo (P)
 C
 1 Orang

BADKO HMI NUSA TENGGARA

HMI Cabang Denpasar
 D
 1 Orang
HMI Cabang Mataram
 E
 1 Orang
HMI Cabang Kupang
 F
 1 Orang
HMI Cabang Singaraja
 G
 1 Orang
HMI Cabang Selong
 H
 1 Orang
HMI Cabang Bima
 I
 1 Orang
HMI Cabang Sumbawa
 J
 1 Orang
HMI Cabang Lombok Tengah (P)
 A
 1 Orang
HMI Cabang Dompu (P)
 B
 1 Orang
HMI Cabang Sumbawa Barat (P)
 C
 1 Orang
HMI Cabang Alor (P)
 D
 1 Orang

BADKO HMI KALIMANTAN BARAT

HMI Cabang Pontianak
 E
 1 Orang
HMI Cabang Mempawah
 F
 1 Orang
HMI Cabang Singkawang
 G
 1 Orang
HMI Cabang Sintang
 H
 1 Orang
HMI Cabang Ketapang
 I
 1 Orang
HMI Cabang Kuala Lumpur
 J
 1 Orang
HMI Cabang Sambas (P)
 A
 1 Orang

BADKO HMI KALIMANTAN SELATAN TENGAH

HMI Cabang Banjarmasin
 B
 1 Orang
HMI Cabang Palangkaraya
 C
 1 Orang
HMI Cabang Banjar Baru
 D
 1 Orang
HMI Cabang Barabai
 E
 1 Orang
HMI Cabang Amuntai
 F
 1 Orang
HMI Cabang Kandangan
 G
 1 Orang
HMI Cabang Kuala Kapuas
 H
 1 Orang

BADKO HMI KALIMANTAN TIMUR

HMI Cabang Samarinda
 I
 1 Orang
HMI Cabang Balikpapan
 J
 1 Orang
HMI Cabang Tenggorang
 A
 1 Orang
HMI Cabang Tarakan (P)
 B
 1 Orang
HMI Cabang Sangata (P)
 C
 1 Orang

BADKO HMI SULAWESI SELATAN-BARAT

HMI Cabang Makassar
 D
 1 Orang
HMI Cabang Gowa Raya
 E
 1 Orang
HMI Cabang Makassar Timur
 F
 1 Orang
HMI Cabang Palopo
 G
 1 Orang
HMI Cabang Pare-Pare
 H
 1 Orang
HMI Cabang Pinrang
 I
 1 Orang
HMI Cabang Soppeng
 J
 1 Orang
HMI Cabang Wajo
 A
 1 Orang
HMI Cabang Sidrap
 B
 1 Orang
HMI Cabang Bone
 C
 1 Orang
HMI Cabang Mamuju Manakara
 D
 1 Orang
HMI Cabang Polewali Mandar
 E
 1 Orang
HMI Cabang Majene
 F
 1 Orang
HMI Cabang Maros
 G
 1 Orang
HMI Cabang Bulu Kumba
 H
 1 Orang
HMI Cabang Jeneponto
 I
 1 Orang
HMI Cabang Pangkep
 J
 1 Orang

BADKO HMI SULAWESI TENGAH

HMI Cabang Kendari
 A
 1 Orang
HMI Cabang Bau-Bau
 B
 1 Orang
HMI Cabang Unaha
 C
 1 Orang
HMI Cabang Raha (P)
 D
 1 Orang
HMI Cabang Kolaka (P)
 E
 1 Orang

BADKO HMI SULAWESI UTARA-GORONTALO
HMI Cabang Manado
 F
 1 Orang
HMI Cabang Gorontalo
 G
 1 Orang
HMI Cabang Bitung
 H
 1 Orang
HMI Cabang Tondano
 I
 1 Orang
HMI Cabang Bolaan Morigondow
 J
 1 Orang
HMI Cabang Boalemo (P)
 A
 1 Orang

BADKO HMI SULAWESI TENGAH

HMI Cabang Poso
 B
 1 Orang
HMI Cabang Palu
 C
 1 Orang
HMI Cabang Limboto
 D
 1 Orang
HMI Cabang Toli-Toli
 E
 1 Orang
HMI Cabang Luwuk Bangggai
 F
 1 Orang

BADKO HMI MALUKU-MALUKU UTARA

HMI Cabang Ambon
 I
 1 Orang
HMI Cabang Ternate
 J
 1 Orang
HMI Cabang Namlea
 A
 1 Orang
HMI Cabang Tual
 B
 1 Orang
HMI Cabang Sanana
 C
 1 Orang
HMI Cabang Masohi
 D
 1 Orang
HMI Cabang Serang Bag. Timur
 E
 1 Orang
HMI Cabang Tidore (P)
 F
 1 Orang

BADKO HMI PAPUA

HMI Cabang Jaya Pura
 G
 1 Orang
HMI Cabang Manokwari
 H
 1 Orang
HMI Cabang Fak-Fak
 I
 1 Orang
HMI Cabang Sorong
 J
 1 Orang
HMI Cabang Marauke
A
 1 Orang
HMI Cabang Biak
B
 1 Orang